Sehubungan dengan segera berakhirnya Tahun Pelajaran 2011-2012 insyaAlloh akan dilaksanakan kenaikan kelas dan pesta akhir tahun RA Al-Bayyan pada tanggal 21 Juni 2012. Dan saya akan share beberapa lagu yang akan dibawakan pada acara tersebut, siapa tahu dapat berguna bagi teman-teman yang lain yang sedang mencari lagu-lagu tersebut. Inilah daftar lagunya :
1. Mars RA [Download]
2. Aku Seorang Kapiten [Download]
3. Bungong Jeumpa [Download]
4. Din Din Badindin [Download]
5. Manuk Dadali [Download]
6. Oray-Orayan [Download]
7. Rindu Muhamadku [Download]
8. Tari Ambon [Download]
9. Tari Kipas [Download]
Itulah beberapa lagu yang sudah saya upload dan semoga bermanfaat...
Sunday, June 17, 2012
Thursday, May 24, 2012
Hasil Pendataan Web Aplikasi EMIS 2011 - 2012, Mengecewakan ?
Setelah ditunggu-tunggu beberapa bulan akhirnya Data Emis berbasis Web yang dikembangkan oleh Kementrian Agama akhirnya selesai juga... Bila diantara anda ada yang ikut mengentri data pada waktu pengentrian data pasti bertanya-tanya bagaimana hasilnya? Anda sudah bisa download sendiri, silahkan klik disini...
Tetapi sayang setelah saya coba download, ternyata hasilnya tidak begitu memuaskan. Saya sudah membayangkan ada data guru lengkap dengan identitasnya masing-masing guru, data anak didik juga dengan identitasnya masing-masing seperti yang saya pernah entri kan pada waktu itu. Pada kenyataannya setelah saya cari ternyata hanya ada data lembaga dan data jumlah anak didik. Tidak ada nama kepala sekolah atau guru-guru, apalagi data anak didiknya. Yang lebih kecewanya malah disuruh mengupdate lagi, begini kata-katanya "Silahkan masing-masing provinsi mendownload file hasil pendataan berbasis web EMIS tahun 2011-2012, untuk dilengkapi jika data lembaganya belum terisi seluruhnya, dan menambahkan data lembaga yang memang belum diinput".
Saya jadi bertanya-tanya kemana data guru dan anak didik yang pernah saya entri kan ? Yah mau apalagi mungkin memang kesalahan dari pribadi, atau mungkin dari server/aplikasi ? Anda bisa coba apakah data dari sekolah anda juga sama seperti saya atau data sekolah anda sudah benar... Semoga bermanfaat
Tetapi sayang setelah saya coba download, ternyata hasilnya tidak begitu memuaskan. Saya sudah membayangkan ada data guru lengkap dengan identitasnya masing-masing guru, data anak didik juga dengan identitasnya masing-masing seperti yang saya pernah entri kan pada waktu itu. Pada kenyataannya setelah saya cari ternyata hanya ada data lembaga dan data jumlah anak didik. Tidak ada nama kepala sekolah atau guru-guru, apalagi data anak didiknya. Yang lebih kecewanya malah disuruh mengupdate lagi, begini kata-katanya "Silahkan masing-masing provinsi mendownload file hasil pendataan berbasis web EMIS tahun 2011-2012, untuk dilengkapi jika data lembaganya belum terisi seluruhnya, dan menambahkan data lembaga yang memang belum diinput".
Saya jadi bertanya-tanya kemana data guru dan anak didik yang pernah saya entri kan ? Yah mau apalagi mungkin memang kesalahan dari pribadi, atau mungkin dari server/aplikasi ? Anda bisa coba apakah data dari sekolah anda juga sama seperti saya atau data sekolah anda sudah benar... Semoga bermanfaat
Thursday, May 10, 2012
Cara Pengajuan Baru NPSN 2012
1. Mengirimkan Formulir A.1. NISN Baru yang bisa di download DISINI lalu
isi data siswanya, bubuhi tanda tangan kepsek + cap sekolah lalu Save as Pdf
data siswa pada formulir tersebut dengan menggunakan office 2010 biar bisa langsung d save as pdf (.pdf).
2. Mengirimkan Formulir A.1. NISN Baru dalam bentuk Excel (.xls) yang bisa di download DISINI, isi data siswanya, lalu bubuhi tanda tangan kepsel dan cap sekolah, lalu kirim bersama Formulir A.1. yang dalam bentuk pdf.
3. Jadi intinya, Anda mengirim 2 (dua) data yang sama, namun bentuk berbeda, yaitu dalam bentuk File Pdf (.pdf) dan dalam bentuk File Excel (.xls).
4. Kirim kedua formulir di atas ke email nisn_pdsp@yahoo.com dengan subject “PENGAJUAN NISN BARU DARI SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK . . . .”
5. Selamat mencoba...
Informasi di atas kami peroleh dari email balasan Pusat Data Statistik Pendidikan (PDSP) Kemdikbud dengan alamat email pdsp@kemdikbud.go.id . Jika Anda masih ragu, silahkan kirim email ke alamat email tersebut (pdsp@kemdikbud.go.id)
Terima Kasih
2. Mengirimkan Formulir A.1. NISN Baru dalam bentuk Excel (.xls) yang bisa di download DISINI, isi data siswanya, lalu bubuhi tanda tangan kepsel dan cap sekolah, lalu kirim bersama Formulir A.1. yang dalam bentuk pdf.
3. Jadi intinya, Anda mengirim 2 (dua) data yang sama, namun bentuk berbeda, yaitu dalam bentuk File Pdf (.pdf) dan dalam bentuk File Excel (.xls).
4. Kirim kedua formulir di atas ke email nisn_pdsp@yahoo.com dengan subject “PENGAJUAN NISN BARU DARI SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK . . . .”
5. Selamat mencoba...
Informasi di atas kami peroleh dari email balasan Pusat Data Statistik Pendidikan (PDSP) Kemdikbud dengan alamat email pdsp@kemdikbud.go.id . Jika Anda masih ragu, silahkan kirim email ke alamat email tersebut (pdsp@kemdikbud.go.id)
Terima Kasih
Wednesday, May 2, 2012
Pidato Sambutan Mendiknas Pada Hari Pendidikan Nasional 2012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PADA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2012
RABU, 2 MEI 2012
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Hadirin, peserta upacara yang berbahagia, Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur kehadirat Illahi Rabbi, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, kesehatan dan kecintaan sehingga kita dapat melaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012, dalam keadaan sehat dan penuh semangat.
Melalui peringatan ini, perkenankan saya, atas nama Pemerintah, ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh insan pendidikan, pemerintah daerah, organisasi yang bergerak di dunia pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya atas segala ikhtiar, kepedulian dan perhatian yang diberikan dalam menumbuhkembangkan dunia pendidikan.
Dalam kesempatan ini pula, saya ingin menyampaikan ‘’Selamat Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2012”. Semoga segala ikhtiar kita untuk memajukan dunia pendidikan menjadi semakin berkualitas dan akses pendidikan bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan semakin terbuka dan dapat segera terwujud.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Pada peringatan Hari Pendidkan Nasional tahun ini, kita patut bersyukur karena bidang kebudayaan telah kembali ke “rumah besar” pendidikan setelah terpisah lebih dari sepuluh tahun. Kementerian ini, terhitung sejak 20 Oktober 2011 lalu telah berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011, tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.
Sejatinya, kebudayaan memang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Demikian pula sebaliknya, pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan. Ibarat dua keping mata uang. Yang satu dengan lainnya memiliki makna dan nilai yang sama; tidak bisa dipisahkan karena di dalam proses pendidikan ada penanaman nilai-nilai budaya menyertainya.
Sudah tentu tambahan amanah ini jangan diartikan sebagai beban, melainkan sebagai kesempatan untuk menyempurnakan dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Kita semua telah memahami bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan mobilitas fisik dan nonfisik (termasuk kebudayaan dan peradaban) semakin tinggi. Mobilitas yang tinggi tersebut memunculkan dominasi peradaban tertentu, benturan antarperadaban atau terbentuknya konvergensi peradaban. Dalam kaitan dengan inilah, peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa.
Tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah Bangkitnya Generasi Emas Indonesia. Tema ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, yaitu Ki Hajar Dewantoro, yang pada hari ini kita peringati hari kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Kita semua harus bersyukur bahwa pada periode tahun 2010 sampai 2035, bangsa kita dikarunai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka tersebut dapat kita kelola dan manfaatkan dengan baik, populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut insya Allah akan menjadi bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga .
Di sinilah peran strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting. Akan tetapi, sebaliknya, bukan mustahil kesempatan emas tersebut menjadi bencana demografi (demographic disaster) bila kita tidak dapat mengelolanya dengan baik. Sudah tentu hal ini tidak kita inginkan.
Pada periode tahun 2010 sampai tahun 2035 kita harus melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan; mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke perguruan tinggi. Tentu perluasan akses tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, sekalipun kita semua memahami bahwa pendidikan itu adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Untuk mempersiapkan generasi emas tersebut, telah disiapkan kebijakan yang sistemiatis, yang memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal secara masif. Untuk itu, mulai tahun 2011 telah dilakukan gerakan pendidikan anak usia dini, penuntasan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar, penyiapan pendidikan menengah universal (PMU) yang insya Allah akan dimulai tahun 2013. Di samping itu, perluasan akses ke perguruan tinggi juga disiapkan melalui pendirian perguruan tinggi negeri di daerah perbatasan dan memberikan akses secara khusus kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi, tetapi berkemampuan akademik.
Hadirin, peserta upacara yang berbahagia,
Akhirnya, kami mengucapkan selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional kepada semua pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, penggiat dan pecinta dunia pendidikan di seluruh tanah air. Semoga apa yang kita tanam dan semai dalam dunia pendidikan selama ini, menjadi bagian dari amal kebajikan. Kita semua ingat ungkapan bijak, ”Semai dan tanamlah biji dari tumbuhan yang kamu miliki meskipun kamu tahu esok akan mati.” dan “Siapa yang menanam, dia yang akan memetik”. Marilah kita berlomba-lomba menanam kebaikan. Insya Allah kita dan anak cucu kita akan memperoleh kebaikan itu. Amin. Terima kasih.
Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Jakarta, 2 Mei 2012
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad NUH
Tema Hardiknas 2012 "Bangkitnya Generasi Emas Indonesia"
Tema Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang
jatuh pada 2 Mei 2012, hari ini, lebih melihat ke masa depan. "Tahun
sekarang adalah tahun menanam, investasi," kata Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nuh.
Tema Hardiknas kali ini adalah Bangkitnya Generasi Emas Indonesia. "Tema ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, yaitu Ki Hajar Dewantoro, yang pada hari ini kita peringati hari kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional," ujar Menteri dalam sambutan peringatan Hardiknas.
Pada periode tahun 2010 sampai tahun2035, ujar Menteri, kita harus melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. "Oleh karena itu, kita perlu menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampaike perguruan tinggi. Tentu perluasan akses tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, sekalipun kita semua memahami bahwa pendidikan itu adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan," paparnya.
Lalu Menteri mengingatkan ungkapan, "Semai dan tanamlah biji dari tumbuhan yang kamu miliki meski pun kamu tahu esok akan mati" dan "Siapa yang menanam, dia yang akan memetik". Oleh karena itu, kata Menteri, marilah kita berlomba-lomba menanam kebaikan. Insya Allah kita dan anak cucu kita akan memperoleh kebaikan itu.
Tema Hardiknas kali ini adalah Bangkitnya Generasi Emas Indonesia. "Tema ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, yaitu Ki Hajar Dewantoro, yang pada hari ini kita peringati hari kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional," ujar Menteri dalam sambutan peringatan Hardiknas.
Pada periode tahun 2010 sampai tahun2035, ujar Menteri, kita harus melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. "Oleh karena itu, kita perlu menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampaike perguruan tinggi. Tentu perluasan akses tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, sekalipun kita semua memahami bahwa pendidikan itu adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan," paparnya.
Lalu Menteri mengingatkan ungkapan, "Semai dan tanamlah biji dari tumbuhan yang kamu miliki meski pun kamu tahu esok akan mati" dan "Siapa yang menanam, dia yang akan memetik". Oleh karena itu, kata Menteri, marilah kita berlomba-lomba menanam kebaikan. Insya Allah kita dan anak cucu kita akan memperoleh kebaikan itu.
Monday, April 23, 2012
Seputar Pendidikan Prasekolah
Disahkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang secara eksplisit
mencantumkan tentang Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD (Pasal 28),
menunjukkan adanya komitmen bangsa Indonesia untuk menempatkan
pendidikan anak usia dini sebagai bagian penting dalam penyiapan sumber
daya manusia di masa mendatang. Perlu disadari bahwa kondisi sumber daya manusia Indonesia semakin hari semakin memprihatinkan. Salah satu indikatornya adalah menurunnya Human (Manusia).
Development Index (HDI), dari
rangking 104 di tahun 1995 menjadi rangking 108 dari 177 negara pada
tahun 2006. Sebagaimana diketahui, HDI atau lebih dikenal sebagai Indek
Pembangunan Manusia diukur dengan mempersandingkan 4 indikator, yakni
usia harapan hidup, persentase melek huruf dewasa, rata-rata lama
menempuh pendidikan dan pengeluaran per kapita. Dari sini jelas tampak
bahwa aspek kesehatan dan pendidikan sangat menentukan mutu sumber daya
manusia.
Menurut Fasli Jalal jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta aksara mencapai 18,7 juta orang, yang berasal dari 900.000 orang DO sekolah dasar per tahun dan sisanya mereka yang memang tidak sekolah sejak awal karena alasan geografis dan ekonomi. Sedikitnya jumlah lembaga pendidikan anak usia dini ikut menyumbang bertambahnya penduduk buta huruf, dimana per tahun terdapat sebanyaknya 200.000 – 300.000 orang DO SD kelas I – III sebagai akibat ketidaksiapan memasuki pendidikan dasar.
Menurut Fasli Jalal jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta aksara mencapai 18,7 juta orang, yang berasal dari 900.000 orang DO sekolah dasar per tahun dan sisanya mereka yang memang tidak sekolah sejak awal karena alasan geografis dan ekonomi. Sedikitnya jumlah lembaga pendidikan anak usia dini ikut menyumbang bertambahnya penduduk buta huruf, dimana per tahun terdapat sebanyaknya 200.000 – 300.000 orang DO SD kelas I – III sebagai akibat ketidaksiapan memasuki pendidikan dasar.
Kajian dari berbagai sudut pandang
medis-neurologis, psikososial-kultural, dan pendidikan mengimplikasikan
suatu pandangan yang komprehensif tentang anak usia dini. Secara singkat
kajian tersebut menyimpulkan bahwa anak usia dini (sejak lahir hingga 6
tahun) adalah sosok individu makhluk sosial kultural yang sedang
mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi
kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik
tertentu.
Sebagai individu, anak usia dini
adalah suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani
yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan
psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik. Sebagai makhluk
sosio-kultural, ia perlu tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan
sosial tempat ia hidup dan perlu diasuh dan dididik sesuai dengan
nilai-nilai sosio-kultural yang sesuai dengan harapan masyarakatnya.
Para ahli psikologi perkembangan
sepakat usia dini (0-4 tahun) adalah sebagai “the golden age” atau masa
emas dalam tahap perkembangan hidup manusia. Dikatakan sebagai masa
emas, karena pada masa ini tidak kurang dari 100 miliar sel otak siap
untuk distimulasi agar kecerdasan seseorang dapat berkembang secara
optimal di kemudian hari. Dalam banyak penelitian menunjukkan,
kecerdasan anak usia 0-4 tahun akan terbangun 50 persen dari total
kecerdasan yang akan dicapai pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa usia 4 tahun pertama adalah masa-masa paling menentukan dalam
membangun kecerdasan anak dibandingkan masa-masa sesudahnya. Artinya,
nilai padausia tersebut anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal,
maka potensi tumbuh kembang anak tidak akan teraktualisasikan secara
optimal.
Menurut Hibana S Rahman (2005: 5)
anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang secara langsung
maupun tidak langsung akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar,
atas kerja dan produktivitas. Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk
mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Gambaran di atas menunjukkan betapa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk anak-anak kita. Kalau dulu banyak orang beranggapan bahwa pendidikan untuk anak hanya akan efektif bila dimulai dari usia TK atau SD, maka persepsi tersebut harus diluruskan. Karena pendidikan anak yang dimulai dari TK atau SD sebenarnya sudah ketinggalan kereta. Pendidikan terhadap anak sebaiknya dilakukan sejak anak usia 0 tahun atau bahkan sejak dalam kandungan.
Gambaran di atas menunjukkan betapa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk anak-anak kita. Kalau dulu banyak orang beranggapan bahwa pendidikan untuk anak hanya akan efektif bila dimulai dari usia TK atau SD, maka persepsi tersebut harus diluruskan. Karena pendidikan anak yang dimulai dari TK atau SD sebenarnya sudah ketinggalan kereta. Pendidikan terhadap anak sebaiknya dilakukan sejak anak usia 0 tahun atau bahkan sejak dalam kandungan.
Pengertian Pendidikan dan Belajar
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap
muslim laki-laki maupun perempuan”, dari hadis tersebut betapa Allah
menganjurkan kita untuk menuntut ilmu. Hadits ini tidak pandang umur,
kaya, miskin, cantik atau jelek, semua harus menuntut ilmu, apapun
profesi yang digelutinya, pedagang, petani, karyawan, bahkan seorang
guru sekalipun. Dan dengan ilmu pulalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan
mengangkat derajat seorang muslim dari muslim yang lainnya. Kemajuan
zaman yang semakin canggih menuntut manusia berkualitas, intelegen,
tetapi itu semua tidak akan diperoleh tanpa adanya pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan sadar yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku, sikap, dan keterampilan intelektual Menurut Oemar Hamalik , belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Sedangkan, Sardiman A.M. menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar. Selama proses belajar mengajar terjadi interaksi dua arah yaitu interaksi antara siswa dan guru. Guru yang mengajar dan siswa yang belajar merupakan dwi tunggal. Oleh karena itu perlu diketahui definisi mengenai belajar mengajar. Menurut Winkel belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Jadi secara umum belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberi dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan sadar yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku, sikap, dan keterampilan intelektual Menurut Oemar Hamalik , belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Sedangkan, Sardiman A.M. menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar. Selama proses belajar mengajar terjadi interaksi dua arah yaitu interaksi antara siswa dan guru. Guru yang mengajar dan siswa yang belajar merupakan dwi tunggal. Oleh karena itu perlu diketahui definisi mengenai belajar mengajar. Menurut Winkel belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Jadi secara umum belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberi dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Pendidikan Pra Sekolah dan unsurnya
Pendidikan prasekolah adalah
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki
pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau
di jalur pendidikan luar sekolah.
Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Dan Anak didik adalah peserta didik pada pendidikan prasekolah.
Selain itu juga, pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Dan Anak didik adalah peserta didik pada pendidikan prasekolah.
Selain itu juga, pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Pengertian Anak Prasekolah
Anak pra-sekolah adalah mereka yang
berusia 3-6 tahun menurut Biechler dan Snowman. Sedangkan di Indonesia,
umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 bulan-5
tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6
tahun biasanya mengikuti program taman kanak-kanak. Dari teori Piaget,
ia membicarakan perkembangan kognitif, maka perkembangan kognitif anak
masa pra sekolah berada pada tahap pra-operasional (2-7 tahun).
Beberapa Alternative Program Pendidikan Anak Prasekolah
--> Day Care/ Tempat Penitipan Anak (TPA)
Day Care adalah sarana pengasuhan anak dalam berbentuk kelompok, yang biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. Day care merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat dilaksanakan secara lengkap. Dalam hal ini pengertian Day Care hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orang tua (PBB, 1990).
Sarana penitipan anak ini biasanya
dirancang secara khusus baik program, staf maupun pengadaan
alat-alatnya. Tujuan sarana ini untuk membantu dalam hal pengasuhan
anak-anak yang ibunya bekerja. Semula sarana penitipan anak diperlukan
bagi ibu dari kalangan keluarga yang kurang beruntung, sedangkan
sekarang sarana ini lebih banyak diminati oleh keluarga menengah dan
atas yang umumnya disebabkab kedua orang tuanya bekerja. Day Care adalah sarana pengasuhan anak dalam berbentuk kelompok, yang biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. Day care merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat dilaksanakan secara lengkap. Dalam hal ini pengertian Day Care hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orang tua (PBB, 1990).
Pada kenyataannya dari lapangan ada beberapa alasan dari para ibu yang menyerahkan anaknya kepada TPA, antara lain:
• Kebutuhan untuk melepaskan diri sejenak dari tanggung jawab dalam hal mengasuh anak secara rutin.
• Keinginan untuk menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan teman seusianya dan tokoh pengasuh lain.
• Agar anak mendapat stimulasi kognitif secara baik
• Agar anak mendapat pengasuh pengganti sementara
--> Kindergarten atau Taman Kanak-Kanak
Kindergarten atau TK adalah buah karya dari Froebel dari Jerman. Pada tahun 1860 elizabeth Peabody adalah orang pertama yang membuka Taman Kanak-Kanak di Amerika Serikat, setelah meninjau Froebel di Jerman. Kindergarten dari Froebel dipruntukkan bagi anak yang berusia antara 3 dan 7 tahun.
Saturday, April 21, 2012
Pentingnya Penerapan Pendidikan Karakter Sejak Usia Pra Sekolah
Dewasa
ini, pendidikan karakter mulai marak dibicarakan. Tetapi umumnya
penerapan pendidikan karakter ini masih terbatas pada jenjang pendidikan
pra-sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak). Sementara
pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat jarang.
Kurikulum pendidikan di Indonesia masih belum menyentuh aspek karakter
ini, meskipun terdapat pelajaran Pancasila, Kewarganegaraan, dan
semisalnya, namun itu masih sebatas teori dan tidak dalam tataran
aplikatif. Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mutu SDM dan segera
bangkit dari ketertinggalannya, maka Indonesia harus merombak sistem
pendidikan yang ada saat ini.
Beberapa
penelitian mengungkapkan pentingnya pendidikan karakter. Dalam buletin
yang diterbitkan oleh Character Education Partnership, diuraikan bahwa
hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis
menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi
akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter.
Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter
menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat
menghambat keberhasilan akademik. Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat).
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan
secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan
pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.
Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak
menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil
dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis.
Sebuah
buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and School
Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil
penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap
keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor
resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang
disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada
karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan
bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan
berkomunikasi.
Hal
ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan
seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan
emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan
mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol
emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia
pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa.
Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi
tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh
remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas,
dan sebagainya.
Pendidikan
karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan
karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan
pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan
berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih
mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.
Selain
itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal
dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena
lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi
dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya,
kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek
kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi
pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa
kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan
pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah
(80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah.
Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh”
karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi
dengan adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak
masuk “10 besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini
tentunya berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana
sejak dini anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa
tidak mampu yang berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak
percaya diri, akan menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja
biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif. Maka,
tidak heran kalau kita lihat perilaku remaja kita yang senang tawuran,
terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan SMP
dan SMU.
Jadi,
pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgent
untuk dilakukan. Seperti yang pernah diucapkan oleh Dr. Martin Luther
King, “Intelligence plus character….that is the goal of true education” (Kecerdasan
plus karakter….itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya).
Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka
tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia.
Friday, March 9, 2012
Penerapan Metode Membaca "Cantol Roudhoh"
Berawal dari kebutuhan anak untuk bisa membaca ketika masuk ke Sekolah Dasar (SD), kami selaku guru di RA Al-Bayyan pun ingin menerapkan Metode Membaca yang mudah dipahami oleh anak didik. Sehingga kami memilih metode membaca 'Cantol Roudhoh', dan sejak tahun ajaran 2011/2012 kami mulai menerapkan metode ini kepada anak didik dan Alhamdulillah akhirnya anak dapat dengan cepat belajar membaca.
Metode membaca Cantol Roudhoh adalah sebuah metode
membaca latin yang merupakan pengembangan dari menghafal cepat sistem
cantol Quantum Learning. Metode ini disampaikan dengan 21 tema cantolan
melalui cerita, alat peraga dan lagu dengan unsur bermain di dalamnya.
Metode ini sangat mudah dipahami akan karena anak cukup mengingat ke 21
cantolan tersebut dan anak bisa baca dengan lancar.
Karena kemampuan membaca bagi anak ketika memasuki jenjang Sekolah Dasar
menjadi Kebutuhan utama. secara langsung atau tidak langsung di kelas 1
anak dituntut untuk bisa membaca. Hal ini akan berpengaruh kepada
kepercayaan diri anak yang berefek kepada keberhasilan prestasinya.
Untuk itu kemampuan membaca menjadi hal yang sangat penting.
Namun disisi lain mengajarkan membaca kepada anak diusia balita tidak sama seperti mengajarkan kepada anak diusia SD. Dunia anak adalah dunia bermain, jangan sampai dunianya hilang karena kita memaksanya di luar kesadaran kita yang dapat menimbulkan efek di kemudian hari bagi tahap perkembangannya.
Namun disisi lain mengajarkan membaca kepada anak diusia balita tidak sama seperti mengajarkan kepada anak diusia SD. Dunia anak adalah dunia bermain, jangan sampai dunianya hilang karena kita memaksanya di luar kesadaran kita yang dapat menimbulkan efek di kemudian hari bagi tahap perkembangannya.
Metode ini juga telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah terutama di tingkat pendidikan anak usia dini, walaupun biaya yang dikeluarkan cukup mahal tetapi orang tua cukup antusias dengan program ini daningin memberikan yang terbaik untuk sang buah hatinya.
Kelebihan metoda Baca Cantol Roudhoh
1. Anak cepat dan mudah dapat membaca rata-rata 20-32 jam
2. Disampaikan dengan bermain, bernyanyi dan bercerita
3. 20 lagu riang yang disesuaikan dengan metoda ini sehingga anak mudah mengingatnya
4. Menggunakan alat peraga yang sangat disukai anak
5. Anak dapat menulis dengan lancar
6. Menumbuhkan minat baca yang tinggi
7. Mengembangkan 5 aspek kemampuan anak yang
dibutuhkan di SD yaitu : MASEK : (Moral, Agama, Sosial, emosional dan
kemandirian), Bahasa, kognitif, Seni dan fisik
8. Memaksimalkan gaya belajar Visual, Auditurial dan Kinestetik sehingga dapat meningkatkan kecerdasan anak.
9. Sudah teruji di 61 kota besar di Indonesia semenjak tahun 2000
10. Dapat untuk terapi anak autis dan hiperaktif
Penerapan Metode Berhitung "Sempoa"
Sejak tahun ajaran 2009/2010 di Raudhatul Althfal (RA) Al-Bayyan telah menerapkan metode berhitung Sempoa. Sempoa atau sipoa atau dekak-dekak
adalah alat kuno untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan
sederetan poros berisi manik-manik yang bisa digeser-geserkan. Sempoa
digunakan untuk melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat.
Sempoa telah digunakan berabad-abad
sebelum dikenalnya sistem bilangan Hindu Arab dan sampai sekarang masih
digunakan pedagang di berbagai belahan dunia seperti di Tiongkok.
Sempoa sering digunakan sebagai alat hitung bagi tuna netra karena manik-manik pada sempoa dapat dengan mudah dirasakan dengan jari-jari. Sehelai kain lembut atau selembar karet biasanya diletakkan dibawah sempoa untuk mencegah manik-manik bergerak secara tidak sengaja.
Asal-usul sempoa sulit dilacak karena alat hitung yang mirip-mirip sempoa banyak dikenal di berbagai kebudayaan di dunia. Konon sempoa sudah ada di Babilonia dan di Tiongkok sekitar tahun 2400 SM dan 300 SM. Orang zaman kuno menghitung dengan membuat garis-garis dan meletakkan batu-batu di atas pasir yang merupakan bentuk awal dari berbagai macam variasi sempoa.
Dalam bahasa Inggris, sempoa dikenal dengan nama abacus. Penggunaan kata abacus sudah dimulai sejak tahun 1387, meminjam kata dalam bahasa Latin abakos yang berasal dari kata abax yang dalam bahasa Yunani berarti “tabel perhitungan.” Dalam bahasa Yunani, kata abax juga berarti tabel untuk menggambar bentuk-bentuk geometris di atas debu atau pasir. Ahli linguistik berspekulasi bahwa kata abax berasal dari kata ābāq yang dalam bahasa Ibrani yang berarti “debu.” Pendapat lain mengatakan abacus berasal dari kata abak yang dalam keluarga bahasa Fenisia berarti “pasir.
Subscribe to:
Posts (Atom)