Friday, March 9, 2012

Penerapan Metode Membaca "Cantol Roudhoh"

Berawal dari kebutuhan anak untuk bisa membaca ketika masuk ke Sekolah Dasar (SD), kami selaku guru di RA Al-Bayyan pun ingin menerapkan Metode Membaca yang mudah dipahami oleh anak didik.  Sehingga kami memilih metode membaca 'Cantol Roudhoh', dan sejak tahun ajaran 2011/2012 kami mulai menerapkan metode ini kepada anak didik dan Alhamdulillah akhirnya anak dapat dengan cepat belajar membaca.

Metode membaca Cantol Roudhoh  adalah sebuah metode membaca latin yang merupakan pengembangan dari menghafal cepat sistem cantol Quantum Learning. Metode ini disampaikan dengan 21 tema cantolan melalui cerita, alat peraga dan lagu dengan unsur bermain di dalamnya. Metode ini sangat mudah dipahami akan karena anak cukup mengingat ke 21 cantolan tersebut dan anak bisa baca dengan lancar.

Karena kemampuan membaca bagi anak ketika memasuki jenjang Sekolah Dasar menjadi Kebutuhan utama. secara langsung atau tidak langsung di kelas 1 anak dituntut untuk bisa membaca. Hal ini akan berpengaruh kepada kepercayaan diri anak yang berefek kepada keberhasilan prestasinya. Untuk itu kemampuan membaca menjadi hal yang sangat penting.

Namun disisi lain mengajarkan membaca kepada anak diusia balita tidak sama seperti mengajarkan kepada anak diusia SD. Dunia anak adalah dunia bermain, jangan sampai dunianya hilang karena kita memaksanya di luar kesadaran kita yang dapat menimbulkan efek di kemudian hari bagi tahap perkembangannya.

Metode ini juga telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah terutama di tingkat pendidikan anak usia dini, walaupun biaya yang dikeluarkan cukup mahal tetapi orang tua cukup antusias dengan program ini daningin memberikan yang terbaik untuk sang buah hatinya.

Kelebihan metoda Baca Cantol Roudhoh

1. Anak cepat dan mudah dapat membaca rata-rata 20-32 jam

2. Disampaikan dengan bermain, bernyanyi dan bercerita

3. 20 lagu riang yang disesuaikan dengan metoda ini sehingga anak mudah mengingatnya

4. Menggunakan alat peraga yang sangat disukai anak

5. Anak dapat menulis dengan lancar

6. Menumbuhkan minat baca yang tinggi

7. Mengembangkan 5 aspek kemampuan anak yang dibutuhkan di SD yaitu : MASEK : (Moral, Agama, Sosial, emosional dan kemandirian),  Bahasa, kognitif, Seni dan fisik

8. Memaksimalkan gaya belajar Visual, Auditurial dan Kinestetik sehingga dapat meningkatkan kecerdasan anak.

9. Sudah teruji di 61 kota besar di Indonesia semenjak tahun 2000

10. Dapat untuk terapi anak autis dan hiperaktif

Penerapan Metode Berhitung "Sempoa"

Sejak tahun ajaran 2009/2010 di Raudhatul Althfal (RA) Al-Bayyan telah menerapkan metode berhitung Sempoa.  Sempoa atau sipoa atau dekak-dekak adalah alat kuno untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi manik-manik yang bisa digeser-geserkan. Sempoa digunakan untuk melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat.

Sempoa telah digunakan berabad-abad sebelum dikenalnya sistem bilangan Hindu Arab dan sampai sekarang masih digunakan pedagang di berbagai belahan dunia seperti di Tiongkok.

Sempoa sering digunakan sebagai alat hitung bagi tuna netra karena manik-manik pada sempoa dapat dengan mudah dirasakan dengan jari-jari. Sehelai kain lembut atau selembar karet biasanya diletakkan dibawah sempoa untuk mencegah manik-manik bergerak secara tidak sengaja.

Asal-usul sempoa sulit dilacak karena alat hitung yang mirip-mirip sempoa banyak dikenal di berbagai kebudayaan di dunia. Konon sempoa sudah ada di Babilonia dan di Tiongkok sekitar tahun 2400 SM dan 300 SM. Orang zaman kuno menghitung dengan membuat garis-garis dan meletakkan batu-batu di atas pasir yang merupakan bentuk awal dari berbagai macam variasi sempoa.

Dalam bahasa Inggris, sempoa dikenal dengan nama abacus. Penggunaan kata abacus sudah dimulai sejak tahun 1387, meminjam kata dalam bahasa Latin abakos yang berasal dari kata abax yang dalam bahasa Yunani berarti “tabel perhitungan.” Dalam bahasa Yunani, kata abax juga berarti tabel untuk menggambar bentuk-bentuk geometris di atas debu atau pasir. Ahli linguistik berspekulasi bahwa kata abax berasal dari kata ābāq yang dalam bahasa Ibrani yang berarti “debu.” Pendapat lain mengatakan abacus berasal dari kata abak yang dalam keluarga bahasa Fenisia berarti “pasir.